Kamis, 31 Juli 2014

Rasa Syukurku

   


   Cairo - 24 Desember 2013 merupakan tanggal yang sangat bersejarah di hidupku. Sebagai seorang pelajar tamatan pesantren, sekolah di Mesir merupakan impian yang sudah aku cita-citakan sejak dulu. Dan tanggal itu ialah tanggal dimana aku menginjakkan kaki di ibukota Cairo untuk pertama kalinya.



   Banyak hal yang harus kulalui dan kualami sebelum aku tiba di tanggal itu. Berawal di bulan juni, aku bersama teman-teman satu almamater berjumlah 23 orang berangkat ke Bojonegoro, Jawa timur, guna mempersiapkan diri, belajar secara intensif sebelum menghadapi 2 tahap ujian yang akan diadakan oleh KEMENAG. Hanya 2 minggu disana dan kami pun pulang kembali ke pondok.


   Setelah haflah dan wisuda atas kelulusan kami pada tanggal 20 juni 2013, kami pun bersiap menghadapi ujian pada tanggal 29 juni 2013 dengan menunda pulang ke rumah, karna memang kami akan mengikuti ujian pertama yang diadakan di IAIN Raden fatah Palembang, tidak terlalu jauh dari lokasi pondok. Namun beberapa hari sebelum tanggal tes, KEMENAG mengumumkan bahwa ujian di undur hingga pertengahan juli. Kami pun menunggu. Sebagian teman-teman sudah ada yang pulang, termasuk aku. Tapi berita yang sangat tidak pernah diduga pun datang pada tanggal 11 juli 2013. Ujian dibatalkan! kami kalang kabut setelah mengetahuinya. Kami tidak pernah mengira sejauh ini hingga hanya sebagian kecil dari teman-teman yang sebelum menghadapi tes ke Mesir, juga mengikuti tes ke perguruan tinggi lainnya. Aku termasuk dari yang ikut tes ke perguruan tinggi lainnya itu, yaitu tes ke Madinah. Tapi terlihat sama saja, karna pengumuman kelulusan tes ke Madinah baru akan diumumkan pada tahun depannya.

   Masih di naungi kebingungan, aku pun berniat mengikuti tes ke perguruan tinggi lain yang masih membuka pendaftaran mahasiswa baru agar tidak menganggur di rumah. Namun setelah dilihat-lihat, belum satupun perguruan tinggi yang mengena di hati. Orang tua pun menganjurkan agar aku mengabdi saja di pondok. Dari beberapa nama-nama pondok yang coba aku pilih salah satunya, aku pun memilih untuk mengabdi di cabang pondok tahfidz Daarul Qur'an milik ust. Yusuf mansur yang berada di Lampung selatan. Bersama satu teman, aku pun berangkat ke sana beberapa hari setelah hari raya idul fitri 2013.



   Beberapa bulan sudah aku tinggal disana, namun keinginan untuk belajar di luar negeri belum pudar dan masih menggebu-gebu. Dan tiba-tiba salah satu teman mengajakku untuk belajar di Yaman. Setelah berfikir sejenak dan meminta pendapat ke orang tua, aku pun menyetujuinya, karna memang selain faktor banyaknya testimoni yang mengatakan belajar disana bagus, disana juga banyak teman-teman dari satu almamater.


   Sejak hari itu, aku pun mempersiapkan berkas-berkas seperti terjemah ijazah, paspor dan lain-lain. Tapi di tengah-tengah kesibukan, aku pun mendapat kabar bahwa sedang ada usaha dari organisasi mahasiswa yang berada di Mesir agar kami jadi berangkat tahun itu juga. Aku sangat berharap agar usaha itu berhasil walau dalam hatiku itu terdengar agak mustahil karna Mesir masih berada dalam konflik besar di negrinya.

   Berhari-hari menunggu kepastian yang belum juga datang, aku masih mempersiapkan diri untuk ke Yaman. Takut-takut kalau berita itu hanya berita bohong dan aku tidak mau dikecewakan untuk kedua kalinya. Hingga akhirnya kabar baik itu pun datang juga secara jelas. Aku berkali-kali mengucapkan alhamdulillah. Niat berangkat ke Yaman pun aku batalkan dan segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke Mesir, karna sesuai berita yang di kabarkan bahwa tes akan diadakan di Mesir langsung.

   Setelah semua persyaratan lengkap, pada tanggal 8 desember 2013, aku bersama satu temanku pun meminta izin ke pimpinan pondok dan sekaligus pamit ke seluruh santri. Kami berdua berangkat ke pondok di Palembang agar bisa berangkat bareng dengan teman-teman yang lainnya ke Jakarta, sekaligus juga akan diadakan pelepasan oleh Kyai di pondok.

   Namun, lagi-lagi ada saja masalah yang menghalangi. Ternyata visa kami belum juga turun padahal waktu tesnya tidak lama lagi. Setelah seminggu kami belum dapat kepastian, kami pun mendapat kabar bahwa visa sudah turun dan disuruh agar segera berangkat. Keesokannya, kami berangkat ke Jakarta dengan teman-teman almamater berjumlah 12 orang, yang dulu pada awalnya berjumlah 23 orang.

   Kali ini masalah tidak datang lagi dan semua berjalan mulus hingga kami tiba di kota Cairo pada tanggal 24 desember 2013 dan disambut dengan senior-senior yang telah lebih dulu berada di sana. Alhamdulillah yaa Rabb.



   Kini, 31 juli 2014. Beberapa bulan sudah aku berada di bumi kinanah. Banyak hal yang telah kupelajari. Dan aku selalu bersyukur atas nikmat Allah yang telah mengizinkanku untuk berada disini.


   Tulisan ini pun juga untuk menunjukkan rasa syukurku atas segalanya.

   Do'akanku semoga aku tetap istiqomah bersyukur atas nikmat ini dengan memanfaatkan waktuku sebaik mungkin.






Kamis, 31 Juli 2014

Ahmad Rofiq

Author

Seorang mahasiswa biasa di Universitas al-Azhar Kairo

2 komentar:

Seduhan wangi mocca mengatakan...

o'' gitu ceritanya

Ahmad Rofiq mengatakan...

hleh..

 
biz.